2.3.2 Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA

1. Saya berpendapat bahwa langkah paling menantang dalam model TIRTA adalah Rencana Aksi, yang merupakan akumulasi dari tujuan dan identifikasi serta menjadi patokan, komitmen, atau tanggung jawab yang akan disepakati dan dijalankan secara kontinu. Dalam aksi nyata, kita membutuhkan energi dan strategi lebih untuk mencapai tujuan yang telah disusun, dengan berbagai cara dan alternatif untuk mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi. Pada tahap ini, kemampuan coaching sangat dibutuhkan; seorang coach harus memanfaatkan kelihaiannya, potensi, dan keterampilan untuk menggali potensi coachee dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Kepiawaian coach terlihat dari kemampuannya merefleksi coachee sehingga mereka dapat mengerahkan potensinya untuk menyelesaikan masalah tanpa diberikan solusi langsung atau berbagi pengalaman.

2.

  • Tujuan umum sering kali tidak dipahami secara menyeluruh oleh baik coach maupun coachee.
  • Ketertutupan coachee dapat menjadi hambatan dalam proses coaching, dan kepasifan murid dalam berkomunikasi sering menjadi tantangan bagi guru sebagai coach, meskipun berbagai usaha telah dilakukan.
  • Meskipun tujuan umum telah dirumuskan dengan jelas dan identifikasi masalah sudah tepat, terkadang aksi nyata tidak memenuhi harapan dan target karena kurangnya kerja sama yang optimal antara coach dan coachee.
  • Tanggung jawab yang seharusnya menjadi komitmen bersama antara guru sebagai coach dan murid sebagai coachee kadang-kadang dilanggar atau tidak dilaksanakan dengan baik oleh salah satu pihak.